Profil Desa Jatisaba
Ketahui informasi secara rinci Desa Jatisaba mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Jatisaba, Cilongok, Banyumas. Kenali pusat kerajinan besek bambu yang melegenda, potensi sektor peternakan kambing, serta dinamika ekonomi masyarakat di desa yang produktif dan berlokasi strategis ini.
-
Sentra Kerajinan Besek Bambu
Desa Jatisaba merupakan pusat utama produksi kerajinan besek bambu di Banyumas, sebuah industri rumahan yang menjadi penopang ekonomi bagi ratusan keluarga dan memasok pasar regional.
-
Basis Peternakan dan Pertanian Produktif
Selain kerajinan, desa ini memiliki sektor peternakan kambing dan domba yang kuat serta lahan pertanian padi yang subur, menjadikannya desa dengan fondasi ekonomi yang beragam dan tangguh.
-
Lokasi Strategis untuk Perdagangan
Berada di dekat jalur utama provinsi, Desa Jatisaba memiliki keunggulan aksesibilitas yang mendukung kelancaran distribusi hasil kerajinan, pertanian, dan peternakan ke berbagai pasar.

Berbeda dari desa-desa tetangganya di Kecamatan Cilongok yang mengandalkan pesona wisata alam, Desa Jatisaba menampilkan identitas yang unik sebagai pusat produksi dan denyut ekonomi kerakyatan. Terletak di lokasi yang strategis, desa ini telah lama dikenal sebagai sentra utama kerajinan besek bambu di Kabupaten Banyumas. Aktivitas ekonomi di Jatisaba tidak hanya bertumpu pada warisan kerajinan tangan, tetapi juga didukung oleh sektor peternakan dan pertanian yang produktif, menjadikannya salah satu pilar ekonomi penting di wilayahnya.
Desa Jatisaba merupakan cerminan dari ketekunan dan kreativitas masyarakat pedesaan. Di sini, halaman-halaman rumah berubah menjadi bengkel kerja dan tradisi diwariskan dari generasi ke generasi bukan hanya sebagai budaya, tetapi sebagai sumber penghidupan yang nyata. Dengan fondasi ekonomi yang kokoh dan semangat kewirausahaan komunal, Jatisaba membuktikan bahwa kekuatan sebuah desa terletak pada produktivitas dan kemampuan warganya dalam mengelola potensi secara mandiri dan berkelanjutan.
Lokasi Strategis dan Kondisi Demografis
Secara geografis dan administratif, Desa Jatisaba terletak di Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah. Salah satu keunggulan utama desa ini ialah lokasinya yang sangat strategis, berada tidak jauh dari jalan raya provinsi yang menghubungkan Purwokerto dengan Ajibarang dan kota-kota di jalur pantura. Aksesibilitas ini memberikan kemudahan dalam distribusi barang dan jasa, yang menjadi faktor krusial bagi perekonomian desa.
Desa Jatisaba memiliki luas wilayah sekitar 2,82 kilometer persegi (282 hektar). Berdasarkan data terakhir dari Badan Pusat Statistik (BPS), populasi desa ini tercatat sebanyak 7.766 jiwa. Dari data tersebut, dapat dihitung bahwa tingkat kepadatan penduduk Desa Jatisaba ialah sekitar 2.754 jiwa per kilometer persegi, menjadikannya salah satu desa dengan populasi yang cukup padat di Kecamatan Cilongok.
Topografi wilayahnya cenderung datar hingga sedikit bergelombang, sangat ideal untuk pemukiman dan pengembangan lahan pertanian, khususnya sawah. Kondisi ini berbeda dengan desa-desa lain di Cilongok yang berada di dataran lebih tinggi, sehingga Jatisaba lebih fokus pada pertanian lahan basah dan industri rumahan.
Asal-Usul Nama dan Jejak Sejarah
Nama "Jatisaba" diyakini berasal dari gabungan dua kata dalam bahasa Jawa, yaitu Jati dan Saba. Jati merujuk pada pohon jati (Tectona grandis), sejenis pohon penghasil kayu berkualitas tinggi yang mungkin dahulu banyak tumbuh di wilayah ini. Sementara itu, kata Saba memiliki arti "berkunjung" atau "tempat berkumpul/pertemuan".
Dari penelusuran toponimi ini, muncul dua interpretasi utama mengenai asal-usul nama desa. Pertama, Jatisaba dahulu merupakan sebuah kawasan hutan jati yang sering dikunjungi atau menjadi tempat persinggahan orang. Kedua, wilayah ini mungkin berfungsi sebagai sebuah pasaban atau tempat pertemuan penting bagi masyarakat dari daerah sekitar pada masa lampau. Meskipun tidak ada catatan sejarah tertulis yang pasti, narasi lisan ini memberikan gambaran tentang Jatisaba sebagai wilayah yang terbuka dan memiliki signifikansi historis di lingkungannya.
Besek Bambu: Warisan Kerajinan yang Menopang Ekonomi
Kekuatan ekonomi utama Desa Jatisaba terletak pada industri rumahan kerajinan besek bambu. Besek merupakan wadah anyaman bambu berbentuk persegi yang ramah lingkungan dan multiguna, sering digunakan sebagai kemasan makanan tradisional, wadah daging kurban saat Idul Adha, hingga kemasan oleh-oleh.
Proses Produksi dan Skala Industri
Hampir di setiap sudut desa, dapat ditemui aktivitas warga, terutama kaum ibu, yang dengan terampil menganyam helai-helai tipis bambu menjadi besek. Prosesnya dimulai dari pemilihan bambu jenis tertentu, pemotongan, penipisan (di-irat), hingga proses penganyaman yang membutuhkan ketelitian dan kecepatan. Aktivitas ini bukan sekadar pengisi waktu luang, melainkan pekerjaan utama yang memberikan kontribusi signifikan bagi pendapatan keluarga. Skala produksinya pun masif, dengan kemampuan memasok puluhan ribu hingga ratusan ribu besek untuk memenuhi permintaan pasar, terutama menjelang hari-hari besar keagamaan.
Dampak Ekonomi dan Sosial
Keberadaan industri besek bambu menciptakan ekosistem ekonomi yang mandiri. Selain para penganyam, ada pula para pemasok bambu, pengepul, hingga distributor yang terlibat dalam rantai pasok ini. Menurut para pelaku usaha setempat, permintaan tertinggi datang dari kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya.
"Kerajinan besek ini sudah menjadi napas ekonomi kami. Dari sini, kami bisa menyekolahkan anak dan memenuhi kebutuhan sehari-hari," ungkap salah seorang pengrajin di sela-sela aktivitasnya. Industri ini juga memperkuat ikatan sosial, di mana para pengrajin sering bekerja dalam kelompok-kelompok kecil, saling berbagi pesanan dan menjaga kualitas produk bersama.
Sektor Peternakan dan Pertanian sebagai Tulang Punggung
Selain kerajinan tangan, Desa Jatisaba juga memiliki basis ekonomi yang kuat di sektor agraris, yang terbagi menjadi peternakan dan pertanian tanaman pangan.
Pusat Peternakan Kambing dan Domba
Jatisaba dikenal sebagai salah satu lumbung ternak kambing dan domba di Kabupaten Banyumas. Banyak warga yang menjadikan peternakan sebagai usaha sampingan maupun utama. Keberadaan kelompok-kelompok ternak (poktan) di desa membantu para peternak dalam hal pengelolaan, pemeliharaan kesehatan ternak, dan pemasaran. Menjelang Idul Adha, Desa Jatisaba menjadi tujuan utama bagi para pencari hewan kurban dari berbagai daerah karena kualitas dan kuantitas ternak yang tersedia.
Pertanian Padi yang Produktif
Dengan kondisi lahan yang datar dan didukung oleh jaringan irigasi yang memadai, sektor pertanian di Jatisaba fokus pada budidaya padi. Lahan persawahan yang terhampar luas di beberapa bagian desa menjadi sumber ketahanan pangan lokal. Para petani di sini umumnya menanam padi dua hingga tiga kali setahun, bergantung pada ketersediaan air, memberikan kontribusi penting bagi pasokan beras di tingkat kecamatan.
Dinamika Sosial dan Tata Kelola Pemerintahan
Pemerintah Desa Jatisaba berperan aktif dalam mendukung dan memfasilitasi kegiatan ekonomi warganya. Melalui Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdes), program-program prioritas seperti perbaikan jalan desa, pemeliharaan saluran irigasi, dan pembinaan UMKM dirumuskan secara partisipatif.
Kehidupan sosial masyarakat berjalan dinamis, ditandai dengan aktifnya berbagai lembaga kemasyarakatan. Kelompok pengrajin, kelompok ternak, PKK, dan Karang Taruna menjadi wadah bagi warga untuk berorganisasi, berinovasi, dan menyelesaikan masalah bersama. Solidaritas sosial yang tinggi menjadi modal utama dalam menjaga stabilitas dan mendorong kemajuan desa. Pemerintah desa juga kerap menjembatani para pelaku usaha dengan lembaga permodalan dan dinas terkait untuk meningkatkan skala usaha mereka.
Tantangan dan Peluang di Era Modern
Sebagai desa yang produktif, Jatisaba tidak luput dari tantangan. Pertama, persaingan dengan kemasan modern berbahan plastik menjadi ancaman bagi keberlanjutan industri besek bambu. Diperlukan inovasi dan kampanye mengenai keunggulan produk ramah lingkungan untuk mempertahankan pasar.
Kedua, regenerasi pengrajin menjadi perhatian serius. Banyak generasi muda yang lebih tertarik bekerja di sektor formal, sehingga perlu ada upaya untuk menumbuhkan minat dan mewariskan keterampilan menganyam kepada generasi penerus.
Ketiga, fluktuasi harga komoditas pertanian dan pakan ternak seringkali memengaruhi pendapatan petani dan peternak.
Namun di tengah tantangan tersebut, terdapat peluang besar. Peluang pertama ialah meningkatnya kesadaran global akan produk ramah lingkungan (eco-friendly), yang dapat mengangkat kembali pamor besek bambu sebagai kemasan alternatif. Peluang kedua, potensi pengembangan agribisnis terpadu, di mana limbah pertanian dapat diolah menjadi pakan ternak, dan kotoran ternak diolah menjadi pupuk organik untuk sawah. Peluang ketiga, pemanfaatan teknologi digital untuk pemasaran produk, baik besek maupun ternak, agar dapat menjangkau pasar yang lebih luas secara langsung.
Desa Jatisaba adalah bukti nyata bahwa kemandirian ekonomi dapat dibangun dari akar tradisi yang dipadukan dengan kerja keras. Desa ini mungkin tidak menjual pemandangan alam, tetapi ia menawarkan kisah inspiratif tentang produktivitas, ketahanan, dan denyut nadi ekonomi yang lahir dari tangan-tangan terampil warganya.